Senin, 24 September 2012

PANITIA PESTA JUBELEIUM 80 TAHUN HKI PATANE



Dalam rangka menyambut usianya yang ke 80 Tahun pada tahun 2013, maka sebagai rasa syukur kepada Kristus sebagai Kepala Gereja akan diwujudkan melalui Pesta Jubeleium 80 tahun HKI Patane. Sehubungan dengan itu, demi lancarnya kegiatan perlu dibentuk Panitia Pesta Jubeleium yang susunannya sebagai berikut:

Penasehat:  Pdt. DR. Langsung Sitorus, M.Th              (Ephorus HKI)
                     Pdt. M.P. Hutabarat,S.Th, MM                   (Sekjend  HKI)
                     Pdt. M.T. Aruan, S.Th                                  (Praeses HKI Daerah III)
                     Pdt. R. Br. Sianturi, S.Th                             (Pendeta Ressort)

Ketua Umum            : Drs. Hulman Sitorus, MM
Ketua I                       : Binsar Rajagukguk
Ketua II                     : St. T. Manurung

Sekretaris Umum : CSt. Patuan Manurung, S.Pd, M.Pd
Wakil Sekretaris      : St. Baktiar Manurung, S.P
Bendahara              : Ronald Sirait, SE
W. Bendahara          :  St. J. Manurung

Seksi - Seksi
Seksi Sejarah : - H. Sitorus                                       - M. Manurung
                            - St. S. Manurung                             - St. Tom Butarbutar
                            - St. H. br Manurung                        - Op. Batara br Silaban
Seksi Acara :
  1.  Ny. St. D.Siagian M br Sihite
  2. A. Amanda Sinurat
  3. T. Manurung
  4. Guru - guru Sekolah Minggu
Seksi Ibadah :
  1. Pdt. R. br Sianturi, S.Th
  2. CPdt. Daniel Sitorus, S.Th
Seksi Dana:
  1. St. J. Nadeak                        ( Koordinator)
  2. B. Butarbutar
  3. G. Sinaga
  4. M. Butarbutar
  5. Parulian Sirait
  6. Ny. M.Marbun br Sianipar
  7. P. Butarbutar
  8. E. Manurung
  9. St. R. Doloksaribu
  10. T. Sirait
  11. M.Lumbantoruan
  12. Jhonson Sinaga
  13. T. Sibuea
Seksi Dana Sian Pangaranto :
  1. St. Parian Sitorus        ( Koordinator)              ( Jakarta)
  2. Ir. Edward Sitorus                                              ( Medan )
  3. Ir. Torang Sitorus                                               ( Medan )
  4. Prof. DR. Monang Sitorus, SE                         ( Medan )
  5. Ir. Mangaliat Manurung                                     ( Medan )
  6. Afner Siahaan                                                     ( Riau )
  7. Pdt. Efendi Nadeak, S.Th                                   ( Batam )
  8. Tumpal Sitorus                                                   ( Batam )
  9. Ramses Sitorus                                                  ( Kalimantan /Ketapang)
  10. Haposan Sitorus                                                 ( Pontianak )
  11. Poltak Sitorus, SH                                             ( Tanggerang )
  12. Drs. Loas Sitorus                                               ( Irian / Wawena )
  13. Ricardo Sirait, S.Si                                            ( Pekanbaru )
  14. Ir. Togar Sitorus                                                 ( Jakarta )
  15. Polin Sitorus                                                      ( Jakarta )
  16. Rosmaida br Sitorus                                          ( Jakarta )
  17. Lintong Silalahi                                                 ( Cimahi, Jakarta )
  18. Rudy Butarbutar                                                ( Batam )
  19. Ir. Kaminton Hutasoit                                       ( Humbahas )
  20. Drs. Thomson Hutasoit                                    ( Humbahas )
  21. St. L. Tarihoran, SE                                           ( Bekasi )
  22. Drs. Firman Tarihoran                                      ( Jakarta )
  23. dr. Juli Sitorus                                                   ( Batam )
  24. dr. Ruth Sitorus                                                 ( Jakarta )
  25. dr. Butarbutar                                                     ( Kalimantan )
  26. Bangun Pandiangan                                           ( Palembang )
Seksi Tempat dan Dekorasi :     
  1. S. Butarbutar            ( Koordinator)
  2. St. S. Aritonang
  3. St. D. Siagian
  4. PW
  5. PNB
  6. Ny. Siagian br Rajagukguk
  7. Nai Baktiar br Tambunan
  8. Anto Doloksaribu
Seksi Komsumsi :
  1. St. R. br Regar                 ( Koordinator )
  2. Koor Efrata
  3. Koor Mannen
  4. E. br Nainggolan
  5. Jemaat Sektor I
Seksi Tamu :
  1. Ny. St. T. Manurung D br Siahaan     ( Koordinator)
  2. Ny. Sinurat br Napitupulu
  3. Ny. B. Simangunsong br Pakpahan
  4. Ny. Simangunsong br Hutahaean
  5. Ny, CSt. P.Manurung N br Tanggang
  6. Ny. S. Aceh (+) R. br  Silaban
  7. Ny. T. Manurung br Marpaung
  8. PNB
Seksi Keamanan :
  1. AKP. M. Nainggolan ( Kapolsek Porsea)   ( Koordinator)
  2. St. J. Manurung
  3. PNB
  4. St. J.P. Manurung
  5. St. M. Manurung
Seksi Kesehatan :
  1. Ny. H. Sitorus S br Pasaribu              ( Koordinator)
  2. Ny. St. J.P. Manurung M. br Butarbutar
  3. Ny. R. Sirait br Simanjuntak
  4. Ny. T. Sirait P. br Sitorus
  5. Ny. B. Sitorus br Simorangkir
Seksi Humas :
  1. M. Sitorus           (   Koodinator)
  2. Semua Parhalado
Seksi Dokumentasi :
  1. Berman Sitorus, S.Pd
  2. James Doloksaribu
Seksi Hiburan :
  1. Ny. Sirait R. br Doloksaribu
  2. Guru Sekolah Minggu
Seksi Lelang :
  1. Ch. Marpaung
  2. M. Sitorus
  3. St. J. P. Manurung
Ditetapkan di    : Patane Porsea
Pada Tanggal    : 16 September 2012

PIMPINAN RESSORT PATANE
HURIA KRISTEN INDONESIA



Pdt. R. Br. Sianturi, S.Th
      
readmore »»  

ACARA PARHEHEON PNB HKI SE DAERAH III TOBASA

ACARA PARHEHEON PNB HKI SE DAERAH III TOBASA

Menyambut Pucuk Pimpinan HKI dalam acara Parheheon dan pegelaran seni dan budaya PNB HKI se Daerah III Tobasa.







readmore »»  

Senin, 03 September 2012

Kugendong Engkau Sampai Ajal Tiba

Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku. Akan tetapi aku harus membiarkan istriku mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sebuah perceraian diantara kami. Aku lalu memberanikan diri untuk membicarakannya dengan tenang. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik dan bertanya kepadaku dengan tenang, tapi mengapa?
Aku menolak menjawabnya. Ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Dia membuangchoptiks di tangannya dan mulai berteriak kepadaku, “engkau bukan seorang laki-laki sejati.” Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin mengetahui alasan dibalik keinginanku untuk bercerai. Tetapi aku dapat memberinya sebuah jawaban yang memuaskan; “Dia telah menyebabkan kasih sayangku hilang terhadap Jane (wanita simpananku). Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya kasihan kepadanya.”

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai bahwa dia dapat memiliki rumah kami, mobil dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah, merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku kini telah menjadi orang asing di rumah kami, khususnya di hatiku. Aku meminta maaf untuknya, untuk waktunya yang telah terbuang selama 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energy yang diberikan kepadaku tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane bahwa aku sungguh mencintainya. Akhirnya dia menangis dengan suara keras di hadapanku yang mana Aku sendiri berharap melihat terjadi padanya. Bagiku tangisannya tidak mempunyai makna apa-apa. Keinginanku untuk bercerai di hati dan pikiranku telah bulat dan aku harus melakukannya saat itu.
Hari berikutnya, ketika saya kembali ke rumah sedikit larut kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena rasa ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane, wanita idamanku saat itu. Ketika terbangun kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.
Pagi harinya dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku; Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum percerain untuk saling memperlakukan sebagai suami-istri dalam arti sebenarnya. Dia memintaku dalam sebulan itu kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami-istri. Alasannya sangat sederhana; “Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami.”
Aku menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Akan tetapi dia juga meminta beberapa syarat tambahan sebagai berikut; Dalam rentang waktu sebulan itu, aku harus mengingat kembali bagaimana pada permulaan pernikahan kami, aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai di muka pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah untuk memenuhi permintaannya kepadaku demi meluluskan perceraian kami.
Aku menceritakan kepada Jane (wanita simpananku) tentang syarat-syarat yang ditawarkan oleh istriku. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh dan tak bermakna. Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan, demikian kata Jane.
Kami tak lagi berhubungan badan layaknya suami-istri selama waktu-waktu itu. Sehingga sewaktu aku menggendongnya keluar menuju pintu rumah kami pada hari pertama, kami tidak merasakan apa-apa. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan dibelakang kami, sambil berkata, wow…papa sedang menggendong mama. Kata-kata putra kami sungguh membuat luka di hatiku.
Dari tempat tidur sampai di pintu depan aku menggendong dan membawanya sambil tangannya memeluk eratku. Dia menutup mata sambil berkata pelan; “Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita.” Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.
Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuh dan pakaianya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan saksama untuk waktu yang sudah agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda lagi seperti dulu. Ada bintik-bintik kecil di raut wajahnya, rambutnya mulai beruban! Perkawinan kami telah membuatnya seperti itu. Untuk beberapa menit aku mencoba merenung tentang apa yang telah kuperbuat kepadanya selama perkawinan kami.
Pada hari yang ke empat, ketika aku menggendongnya, aku merasa sebuah perasaan kedekatan/keintiman yang mulai kembali merebak di relung hatiku yang paling dalam. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami-istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tidak mau mengatakan perasaan seperti ini kepada Jane (wanita yang akan kunikahi setelah perceraian kami). Aku pikir ini akan lebih baik karena aku hanya ingin memenuhi syarat yang dia minta agar nantinya aku bisa menikah dengan wanita yang sekarang aku cintai, si Jane.

Aku memperhatikan ketika suatu pagi dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuk tubuhnya. Dia lalu sedikit mengeluh, semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang. Aku kemudian menyadari bahwa dia semakin kurus, dan inilah alasannya mengapa aku dapat dengan mudah menggendongnya pada hari-hari itu.

Tiba-tiba kenyataan itu sangat menusuk dalam di hati dan perasaanku…Dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul pada saat it dan berkata, “Papa, sekarang waktunya untuk menggendong dan membawa mama.” Baginya, menggendong dan membawa ibunya keluar menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku ke arah yang berlawanan karena takut situasi istri dan putraku akan mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai pada saat-saat akhir memenuhi syarat-syaratnya. Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami-istri yang hidupnya penuh kedamaian dan harmonis satu dengan yang lain. Aku pun memeluk erat tubuhnya; dan ini seperti moment hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu.

Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya dengan kedua lenganku aku merasa sangat berat untuk menggerakkan walaupun cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluk eratnya sambil berkata, aku tidak pernah memperhatikan selama ini bahwa hidup perkawinan kita telah kehilangan keintiman/keakraban satu dengan yang lain. Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku….melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Aku sangat takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku berkata kepadanya, Maaf, Jane, Aku tidak ingin menceraikan istriku.

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan, dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Apakah badanmu panas? Dia berkata. Aku mengelak dan mengeluarkan tangannya dari dahiku. Maaf, Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memakna secara detail setiap moment kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku menggendong dan membawanya setiap pagi, dan terutama kembali mengingat kenangan hari pernikahan kami aku memutuskan untuk tetap akan menggendongnya sampai hari kematian kami tak terpisahkan satu dari yang lain. Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras dan mulai meraung-raung dalam kesedihan bercampur kemarahan terhadapku. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah tokoh bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis; “Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput.”

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum indah di wajahku, aku berlari kecil menaiki tangga rumahku, hanya untuk bertemu dengan istiriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami, tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama selama 10 tahun pernikahan kami. Istriku telah berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku untuk menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat akibat kanker ganas itu, dan ia ingin menyelamatkanku dari apapun pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami sebagai reaksi atas kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, terutama rencana gila dan bodohku untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami…

----sekurang-kurangnnya, di mata putra kami – aku adalah seorang ayah yang penuh kasih dan sayang….demikianlah makna dibalik perjuangan istriku.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya, kawan!

Jika engkau tidak ingin membagi cerita ini, pasti tidak akan terjadi sesuatu padamu di hari-hari hidupmu.

Akan tetapi, kita engkau mau membagi cerita ini kepada sahabat kenalanmu, maka satu hal yang pasti bahwa Tuhan sedang menggunakanmu untuk menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sekarang mengalami masalah dalam pernikahan mereka.

Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat yang menikah maupun
yang berencana untuk menikah,
sumber : http://jerusalembaru.blogspot.com/
readmore »»  

Harapan Tiga Pohon

Harapan Tiga Pohon

Suatu kali peristiwa ada tiga pohon di atas sebuah bukit dalam sebuah hutan. Mereka sedang berbincang -bincang tentang harapan-harapan dan mimpi-mimpi mereka.

Pohon yang pertama berkata, "Suatu hari nanti aku berharap bisa menjadi sebuah kotak tempat penyimpanan harta. Aku bisa dihiasi dengan ukiran-ukiran yg rumit dan setiap orang akan melihat kecantikanku".

Kemudian pohon yang kedua berkata, "Suatu hari nanti aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan membawa para raja dan ratu mengarungi lautan sampai ke ujung-ujung bumi. Setiap orang akan merasa aman dalamku karena kekuatan dari tubuhku".

Akhirnya pohon yg ketiga berkata, "Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi dan terkuat di hutan ini. Orang akan memandangku dari atas puncak bukit dan dapat melihat carang-carangku. Kalau orang berpikir tentang surga dan Allah, betapa dekatnya jangkauanku ke sana. Aku akan menjadi pohon yg terbesar di sepanjang waktu dan orang akan mengingat aku senantiasa".

Setelah beberapa tahun berdoa, mimpi mereka menjadi kenyataan, datanglah satu kelompok penebang kayu ke hutan itu. Ketika seorang penebang kayu menghampiri pohon pertama ia berkata, "Tampaknya pohon ini kuat sekali, aku kira ini dapat dijual kepada seorang tukang kayu", dan ia mulai menebang pohon itu. Pohon tersebut bahagia sekali karena ia tahu bahwa si tukang kayu akan menjadikannya sebuah peti penyimpan harta.

Seorang penebang kayu lainnya berkata kepada pohon yang kedua, "Tampaknya pohon ini kuat dan aku dapat menjualnya kepada tukang pembuat kapal". Pohon tersebut bahagia karena ia tahu ia akan menjadi sebuah kapal yg besar.

Ketika seorang penebang kayu menghampiri pohon yg ketiga, pohon tersebut ketakutan karena ia tahu kalau ia sampai ditebang, maka mimpinya tidak akan menjadi kenyataan. Salah seorang penebang kayu berkata, "Aku tidak perlu sesuatu yang spesial dari pohon ini jadi aku bawa saja", dan ditebanglah pohon itu.

Ketika pohon pertama dibawa kepada tukang kayu, ia dijadikan sebuah kotak tempat makanan hewan. Ia diletakkan di sebuah kandang dan dipenuhi dengan jerami. Hal ini bukanlah seperti yang pohon tersebut doakan.

Pohon kedua dipotong-potong dan dijadikan sebuah perahu kecil pemancing ikan. Mimpinya menjadi sebuah kapal yang besar yang dapat membawa para raja berakhir sudah.

Pohon ketiga di potong-potong dalam ukuran yang besar besar dan ditinggalkan begitu saja dalam kegelapan.

Tahun demi tahun berlalu dan pohon-pohon tersebut sudah lupa akan mimpi mereka. Suatu hari ada seorang pria dan wanita datang ke kandang tersebut. Si wanita melahirkan seorang bayi dan meletakkan bayi tersebut dalam kotak makanan hewan (yang dibuat dari pohon pertama) yang dipenuhi jerami. Si pria berharap mendapatkan tempat tidur untuk bayi tersebut tapi palungan itulah yg menjadi tempatnya. Pohon tersebut dapat merasakan betapa penting peristiwa tersebut dan ia telah menyimpan harta yang termulia sepanjang zaman.

Tahun-tahun berikutnya, sekelompok orang berada dalam sebuah perahu pemancing ikan yang terbuat dari pohon yang kedua. Salah seorang dari mereka sedang kelelahan dan akhirnya tertidur. Ketika mereka ada di tengah -tengah laut, gelombang besar melanda mereka dan pohon tersebut tidak menyangka kalau ia cukup kuat untuk menyelamatkan orang-orang yang ada dalam perahu tersebut. Orang-orang tersebut membangunkan orang yang sedang tidur itu, kemudian ia berdiri sambil berkata "Diam, tenanglah !", dan gelombang tersebut berhenti. Kali ini pohon tersebut menyadari bahwa ia telah membawa raja di atas segala raja dalam perahunya.

Akhirnya ada seorang datang mendapatkan pohon yang ketiga. Pohon tersebut diseret sepanjang jalan dan banyak yang mengejek orang yang sedang memikul kayu tersebut. Ketika mereka sampai pada suatu tempat, orang tersebut dipakukan pada kayu tersebut dan diangkat tinggi sampai mati di atas sebuah puncak bukit. Ketika hari Minggu tiba, pohon tersebut menyadari bahwa ia cukup kuat untuk tegak berdiri diatas puncak dan berada sedekat mungkin dengan Allah karena Yesus telah disalibkan pada kayu pohon tersebut.

sumber: http://www.pondokrenungan.com
readmore »»